Laporan Praktikum PEMBUATAN BAKSO
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging
merupakan bahan makanan yang sangat penting karena merupakan sumber protein
hewani yang berkualitas tinggi dan mengandung asam amino esensial. Proses
pengolahan dapat dikembangkan untuk meningkatkan penerimaan masyarakat. Salah
satu bentuk olahan yang dapat dikembangkan dan mudah diterima oleh masyarakat
adalah bakso. Bakso merupakan produk olahan daging yang sudah dikenal luas dan
disukai oleh masyarakat Indonesia sebagaia makanan yang dianggap murah dan
disukai oleh semua lapisan masyarakat baik anak-anak, remaja maupun orang tua.
Ditinjau
dari aspek gizi, bakso merupakan makanan yang mempunyai kandungan protein
hewani, mineral dan vitamin yang tinggi. Dengan mengolah daging tersebut menjadi
bakso konsumen mau menerimanya karena penampakan dan rasanya yang telah
mengalami modifikasi yaitu lebih menarik dengan citarasa yang lebih disukai.
Salah
satu karakteristik bakso yang baik adalah memiliki sifat kenyal sehingga
diperlukan adanya penarnbahan tepung dan es batu. Penambahan es batu atau air
es pada saat pembuatan bakso dapat membantu memperbaiki stabilitas emulsi yang
terbentuk. Es batu yang ditambahkan pada saat pembuatan bakso dapat menurunkan
suhu adonan akibat panas yang ditimbulkan oleh adanya proses penggilingan. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya
praktikum tentang Pembuatan Bakso.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukan praktikum tentang Pembuatan
Bakso adalah untuk mengetahui cara membuat bakso yang benar dan higienis, mengetahui
komposisi bahan yang tepat dalam pembuatan bakso, dan untuk menilai
karakteristik bakso yang baik.
Kegunaan dilakukan praktikum tentang
Pembuatan Bakso adalah agar praktikan dapat mengetahui cara membuat bakso yang
benar dan higienis, mengetahui komposisi bahan yang tepat dalam pembuatan
bakso, dan untuk menilai karakteristik bakso yang baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Daging Sapi
Daging
sebagai salah satu bahan pangan asal hewan, kualitasnya tidak hanya ditentukan
oleh penanganan ternak semasa hidupnya (sebelum panen) tetapi juga tak kalah
pentingnya adalah penanganannya setelah panen (pascapanen). Pemberian pakan berkualitas tinggi pada fase
pertumbuhan dan pada saat fase penggemukan semasa hidupnya, tidak akan
memberikan kualitas daging yang optimal setelah ternak disembelih jika tidak
diikuti dengan penanganan pascapanen yang tepat (Abustam, 2012).
Daging
merupakan bagian tubuh ternak yang tersusun dari satu atau sekelompok otot,
dimana otot tersebut telah mengalami perubahan-perubahan biokimiawi dan
biofisik setelah ternak tersebut disembelih.
Perubahan-perubahan pascamerta ternak ini mengakibatkan otot yang
semasaternak masih hidup merupakan energi mekanis untuk pergerakan menjadi
energi kimiawi sebagai pangan hewani untuk konsumsi manusia. Pada seekor ternak sapi terdapat lebih dari
100 pasang otot yang mempunyai berat yang berbeda antara otot, berayun dari
beberapa gram sampai lebih dari 10 kg (Abustam, 2012).
Daging sapi adalah makanan bergizi karena
kandungan proteinnya tinggi dan merupakan salah satu sumber zat besi. Secara
umum daging adalah otot polos atau otot bergaris dari hewan yang digunakan
sebagai bahan pangan. Daging sapi, kerbau, kambing, dan ayam adalah yang paling
banyak dikonsumsi. Di Negara barat dikenal istilah white meat (daging
putih), sedangkan read meat (daging merah) untuk daging sapi atau daging
kambing (Sulistiyani, 2015).
Hampir
semua bagian daging dapat digunakan untuk membuat bakso. Jenis daging yang
biasanya digunakan adalah daging penutup, pendasar gandik, lamusir, paha depan
dan iga. Umunya daging yang digunakan untuk membuat bakso adalah daging yang
sesegar mungkin yaitu yang diperoleh segera setelah pemotongan hewan tanpa
mengalami proses penyimpanan atau pelayuan (Ananonim, 2006).
Otot
LD (longissimus dorsi) merupakan otot
passif, sehingga timbunan lemak diduga lebih banyak daripada otot BF yang
merupakan otot aktif. Jumlah lemak marbling
yang tinggi akan memberikan kesan bahwa daging berwarna pucat, sedangkan
warna merah serabut otot cenderung memberikan warna gelap. Jika warna putih
dari lemak dapat mengimbangi warna gelap serabut otot, maka warna daing akan
cenderung lebih muda. Semakin tinggi bobot badan, diduga semakin tinggi pula
tingkatan marbling (Rianto,dkk.
2010).
Tinjaun Umum Bakso
Bakso adalah
produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan, dicampur
dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulatan-bulatan, dan selanjutnya direbus. Berbeda dengan sosis, bakso dibuat
tanpa mengalami proses kiuring, pembungkusan maupun pengasapan (Ananonim, 2006).
Bakso adalah jenis makanan yang berupa
bola-bola yang terbuat dari daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan
dengan kuah dan mie. Bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam pembuatan bakso adalah daging, bahan perekat, bumbu dan es
batu atau air es. Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti
dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso sapi atau
bakso daging (Sulistiyani, 2015).
Parameter mutu
bakso yang dipertahakan para pengolah maupun konsumen adalah tekstur, warna dan
rasa. Tekstur yang biasanya disukai adalah yang halus, kompak, kenyal, dan
empuk. Halus dimana permukaan irisannya rata, seragam dan serta dagingnya tidak
tampak. Kekenyalan bakso dapat ditentukan dengan melempar bakso ke permukaan
meja atau lantai, dimana bakso yang kenyal akan memantul, sedangkan keempukan
diukur dengan cara digigit, dimana bakso yang empuk akan mudah ditelan (Ananonim, 2006).
Menurut Sulistiyani (2015), kualitas bakso sangat ditentukan oleh
kualitas daging, jenis tepung yang digunakan, perbandingan banyaknya daging dan
tepung yang digunakan untuk membuat adonan, dan pemakaian jenis bahan tambahan
yang digunakan, misalnya garam dan bumbu-bumbu juga berpengaruh terhadap
kualitas bakso segar. Penggunaan daging
yang berkualitas tinggi dan tepung yang baik disertai dengan perbandingan
tepung yang besar dan penggunaan bahan tambahan makanan yang aman serta cara
pengolahan yang benar akan dihasilkan produk bakso yang berkualitas baik. Bakso
yang berkualitas baik dapat dilihat dari tekstur, warna dan rasa. Teksturnya
yang halus, kompak, kenyal dan empuk. Halus yaitu permukaan irisannya rata,
seragam dan serat dagingnya tidak tampak.
Bakso memegang peranan penting dalam
distribusi sumber protein hewani
(daging). Pembuatan bakso dapat mereduksi kebutuhan
daging karena adanya penggunaan atau penambahan bahan pengisi atau bahan
pengikat, yang umumnya berupa tepung tapioka. Namun demikian, kadar daging
tidak boleh kurang dari 50%, sesuai dengan definisi bakso menurut BSN bahwa
bakso adalah produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh dari
campuran daging lemak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau
serealia dengan atau tanpa penambahan makanan yang diizinkan.Terbentuknya
struktur yang kompak pada bakso disebabkan adanya kemampuan daging untuk saling
berikatan. Proses pengikatan ini terjadi karena adanya panas, sebab daging
segar (mentah) tidak menunjukkan adanya kecenderungan untuk berikatan.
Mekanisme pengikatan ini melibatkan pengaturan kembali stuktur protein dan
memungkinkan protein menjadi bahan pengikat. Daya ikat protein tergantung pada
jumlah protein miofibril yang terekstrak dari partikel daging sedangkan protein
yang terekstrak karena adanya garam dan fosfat adalah miosin dan aktomiosin.
Semakin luas permukaan daging akibat penghancuran dan pengilingan maka semakin
tinggi tingkat kerusakan sel yang akan menyebabkan pelepasan cairan sel yang
lebih banyak (Dalilah, 2006).
Tinjauan Umum Bahan Pengisi dan Bahan Pengikat
Bahan
pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso adala tepung pati,
misalnya tepung tapioka dan tepung pati aren. Bahan pengisi mempunyai kandungan
karbohidrat tinggi sedangkan kandungan proteinnya rendah. Bahan tersebut tidak
dapat mengemulsikan lemak tetapi memiliki kemampuan dalam mengikat air (Ananonim, 2006).
Bahan pengisi
berfungsi memperbaiki/menstabilkan emulsi, meningkatkan daya mengikat air,
memperkecil penyusutan, menambah berat produk, dan dapat menekan biaya
produksi. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah tepung tapioka. Tepung
tersebut mengandung karbohidrat 86,55%, air 13,12%, protein 0,13%, lemak 0,04%,
dan abu 0,16%. Kandungan pati yang tinggi pada tepung membuat bahan pengisi
mampu mengikat air tetapi tidak dapat mengemulsi lemak (Ismail, 2014)
Penggunaan tepung pati dalam pembuatan bakso
untuk komsumsi rumah tangga biasanya 4-5 % dari berat daging. Sedangkan pada pembuatan komersial, penambahan
tepung berkisar antara 50-100 % dari berat daging. Hal ini dimaksudkan untuk
menekan biaya produksi dan mengurangi harga bakso. Penambahan tepung terlalu
tinggi akan menutup rasa daging sehingga rasa bakso kurang disukai konsumen (Ananonim,
2006).
Tinjauan Umum BTP (Bahan
Tambahan Pangan)
Bahan-bahan
tambahan yang digunakan dalam pembuatan bakso adalah garam, gula yang berfungsi
memperbaiki citarasa, melarutkan protein, dan sebagai bahan pengawet bagi
makanan. Penambahan garam 2-3% mampu memperbaiki tekstur, warna, dan rasa (Sulistiyani,
2015).
Garam dan MSG (monosodium glutamat) memiliki fungsi sebagai pemberi rasa pada
produk bakso. Perbedaannya, garam dapur selain memberikan rasa juga berfungsi
sebagai pelarut protein, pengawet dan meningkatkan daya ikat air dari protein
daging. Pemakaian garam dalam pembuatan bakso berkisar antara 5-10 % dari berat
daging. Sedangkan penambahan MSG umumnya berkisar 1-2,5 persen dari berat
daging (Ananonim, 2006).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak tentang
Pembuatan Bakso dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Maret 2017 pukul 14.00 wita–selesai
di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan
dalam praktikum teknologi pengolahan hasil ternak tentang pembuatan bakso adalah food processor, sendok, panci, kompor, wadah/baskom, timbangan, dan
pisau.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum teknologi pengolahan hasil ternak tentang pembuatan bakso adalah 200 gram daging segar, 16 gram tepung kanji/tapioka, es batu, 4 gram garam, 2
gram merica bubuk, 5 gram bawang putih, 15 gram bawang goreng, dan royco.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam
dalam praktikum teknologi pengolahan hasil ternak mengenai pembuatan bakso
adalah pertama-tama menyiapkan bahan dan peralatan dalam keadaan bersih.
Selanjutnya menimbang daging sebanyak 250 gram, garam sebanyak 4 gram, kanji 80
gram, bawang putih 5 gram, dan lada 2 gram. Setelah itu memotong daging
berbentuk dadu kecil kemudian memasukkan kedalam food processor beserta garam
dan es secukupnya lalu menggilingnya selama 1-2 menit. Kemudian menambahkan
tepung kanji , merica, bawang putih, bawang goreng kedalam food processor
kemudian menggiling kembali selama 2-3 menit hingga adonan menjadi legit.
Setelah itu memanaskan air diatas kompor. Kemudian memasukkan adonan dalam
kedalam panci yang berisi air panas diatas kompor dengan mencetak sendiri
bulatan bakso menggunakan sendok tersebut. Setelah butiran bakso mengapung
menandakan bakso sudah matang dan tiriskan kemudian menyajikan sesuai selera.
Analisa Data
Uji Daya Penerimaan Bakso
v Warna
Hitam Coklat
Muda
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Hitam 4. Coklat Tua
2.
Agak Hitam 5. Coklat Agak Tua
3.
Abu-abu 6. Coklat Muda
v Tekstur
Kasar Halus
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Kasar 4. Agak Halus
2.
Agak Kasar 5. Lumayan Halus
3.
Cukup Kasar 6. Halus
v
Keempukan
Tidak Empuk Sangat Empuk
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Tidak Empuk 4. Cukup Empuk
2.
Agak Empuk 5. Empuk
3.
Lumayan Empuk 6. Sangat Empuk
v Kesukaan
Tidak Suka Sangat
Suka
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Tidak Empuk 4. Lumayan Suka
2.
Kurang Suka 5. Suka
3.
Cukup Suka 6. Sangat Suka METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak tentang
Pembuatan Bakso dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Maret 2017 pukul 14.00 wita–selesai
di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan
dalam praktikum teknologi pengolahan hasil ternak tentang pembuatan bakso adalah food processor, sendok, panci, kompor, wadah/baskom, timbangan, dan
pisau.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum teknologi pengolahan hasil ternak tentang pembuatan bakso adalah 200 gram daging segar, 16 gram tepung kanji/tapioka, es batu, 4 gram garam, 2
gram merica bubuk, 5 gram bawang putih, 15 gram bawang goreng, dan royco.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam
dalam praktikum teknologi pengolahan hasil ternak mengenai pembuatan bakso
adalah pertama-tama menyiapkan bahan dan peralatan dalam keadaan bersih.
Selanjutnya menimbang daging sebanyak 250 gram, garam sebanyak 4 gram, kanji 80
gram, bawang putih 5 gram, dan lada 2 gram. Setelah itu memotong daging
berbentuk dadu kecil kemudian memasukkan kedalam food processor beserta garam
dan es secukupnya lalu menggilingnya selama 1-2 menit. Kemudian menambahkan
tepung kanji , merica, bawang putih, bawang goreng kedalam food processor
kemudian menggiling kembali selama 2-3 menit hingga adonan menjadi legit.
Setelah itu memanaskan air diatas kompor. Kemudian memasukkan adonan dalam
kedalam panci yang berisi air panas diatas kompor dengan mencetak sendiri
bulatan bakso menggunakan sendok tersebut. Setelah butiran bakso mengapung
menandakan bakso sudah matang dan tiriskan kemudian menyajikan sesuai selera.
Analisa Data
Uji Daya Penerimaan Bakso
v Warna
Hitam Coklat
Muda
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Hitam 4. Coklat Tua
2.
Agak Hitam 5. Coklat Agak Tua
3.
Abu-abu 6. Coklat Muda
v Tekstur
Kasar Halus
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Kasar 4. Agak Halus
2.
Agak Kasar 5. Lumayan Halus
3.
Cukup Kasar 6. Halus
v
Keempukan
Tidak Empuk Sangat Empuk
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Tidak Empuk 4. Cukup Empuk
2.
Agak Empuk 5. Empuk
3.
Lumayan Empuk 6. Sangat Empuk
v Kesukaan
Tidak Suka Sangat
Suka
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1.
Tidak Empuk 4. Lumayan Suka
2.
Kurang Suka 5. Suka
3.
Cukup Suka 6. Sangat Suka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan pada Pembuatan Bakso diperoleh hasil
yang berkaitan dengan sifat organoleptik dari bakso yang meliputi warna, tekstur,
keempukan, dan kesukaan. Berikut ini
adalah tabel hasil uji organoleptik bakso:
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Pada Pembuatan Bakso
Indikator
|
Nilai (Rata-rata)
|
Keterangan
|
Warna
Tekstur
Keempukan
Kesukaan
|
4
4
4
5
|
Coklat Tua
Agak Halus
Cukup Empuk
Suka
|
Sumber : Hasil Praktikum
Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
2017.
Warna
Pada uji organoleptik
terhadap warna menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari bakso adalah coklat tua
dengan nilai 4. Warna pada bakso dipengaruhi oleh kualitas daging, cara
pembuatan bakso, dan adanya proses pemasakan. Hal ini sesui dengan pendapat Firahmi (2015) bahwa warna bakso ditentukan oleh
bahan baku dan bahan pengikat yang digunakan. Warna produk bakso diantaranya
dipengaruhi oleh kandungan mioglobin daging, semakin tinggi mioglobin daging
maka warna daging semakin merah. Warna merah pada daging akan mengalami
perubahan menjadi abu-abu kecoklatan selama pemasakan karena terjadinya proses
oksidasi. Pada daging olahan, warna yang dibentuk merupakan hasil dari berbagai
proses dan reaksi yang sangat beragam. Faktor yang turut mempengaruhi warna
daging olahan antara lain adalah suhu, bahan tambahan dan proses pembuatannya.
Tekstur
Pada uji organoleptik
terhadap uji tekstur bakso menunjukkan bahwa nilai rata-rata tekstur bakso
adalah 4, yaitu agak halus ketika dibegang dan dikunyah.. Tekstus bakso
dipengaruhi oleh kandungan air dan es pada adonan. Hal ini sesuai pendapat
Farhan (2008) yang menyatakan bahwa tekstur dan keempukan pada daging bakso
dipengaruhi oleh kandungan airnya. Penambahan air pada adonan bakso diberikan
dalam bentuk es batu atau air es supaya suhu adonan selama penggilingan tetap
rendah. Dalam adonan, air berfungsi untuk melarutkan garam dan menyebarkannya
secara merata keseluruh bagian daging, memudahkan ekstraksi protein dan
membantu pembentukan emulsi lemak.
Keempukan
Pada
uji organoleptik terhadap
uji keempukan menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari keempukan bakso adalah 4,
cukup empuk apabila digigit dan ditekan. Hal ini dikarenakan tingkat keempukan pada daging bakso
dipengaruhi oleh waktu pemasakan, hal ini sesuai pendapat Syamsir (2011) yang
menyatakan bahwa pemasakan dapat
meningkatkan atau menurunkan keempukan daging, tergantung pada suhu dan waktu
pemasakan. Faktor yang berpengaruh terhadap nilai
keempukan adalah jaringan ikat dan lemak marbling yang terdapat dalam produk,
juga temperatur yang mempunyai pengaruh bervariasi terhadap daya ikat air oleh
protein daging, susut masak, pH, dan kadar jus daging. Kekenyalan atau
elastisitas adalah kemampuan makanan kebentuk semula setelah diberi tekanan. Kekenyalan dari bakso
dipengaruhi oleh daya mengikat air dari daging yang tinggi. Daya mengikat air
dapat didefinisikan sebagai kemampuan daging untuk mempertahankan kandungan
airnya selama mengalami perlakuan dari luar seperti pemotongan, pemanasan,
penggilingan dan pengolahan.
Kesukaan
Pada uji organoleptik
terhadap uji kesukaan menunjukkan rasa suka terhadap baksonya dengan nilai
rata-rata 5. Hal ini dipengaruhi karena cita rasa terhadap bakso enak dari
penambahan bahan penyedap seperti garam dan rasa daging yang kuat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cahyono (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar
responden/konsumen menyukai bakso dengan rasa daging yang kuat. Rasa
bakso juga dipengaruhi oleh kadar air pada bakso. Menurut Permenkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 dalam Widyalita (2014)
penyedap rasa dan aroma didefinisikan sebagai bahan tambahan makanan yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
Bahan penyedap mempunyai beberapa fungsi sehingga dapat memperbaiki, membuat
lebih bernilai atau diterima, dan lebih menarik
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan bakso dapat
disimpulkan bahwa dalam pembuatan bakso
dengan menggunakan daging sapi bagian LD dengan beberapa bahan dan penyedap
rasa, dengan melalui beberapa tahap yaitu penggilingan, penambahan bahan dan
penyedap rasa, sampai kepada perebusan. Hasil yang didapatkan yaitu berwarna coklat
tua, teksturnya agak halus, cukup empuk dan rata-rata kesukaan adalah
suka terhadap bakso.
DAFTAR PUSTAKA
Abustam,
E.,2012. Ilmu Daging, Aspek Produksi, Kimia, Biokimia dan Kualitas. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Ananonim,
2006. Bakso Daging, Minuman Sari Lidah Buaya,Roti Manis, Menu Sehat Bagi
Manula, Sari Buah. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Ipb Bandung. Tekno Pangan
& Agroindustri Volume 1 Nomer 6.
Cahyono, Agung. 2013. Kadar Protein Dan Uji
Organoleptik Bakso Berbahan Dasar Komposisi Daging Sapi Dan Jamur Merang (Valvariella volvaceae) yang Berbeda.
Naskah Publikasi. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan
Pendidikan Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Dalilah, E., 2006. E-book. Evaluasi Nilai Gizi dan
Karakteristik Protein Daging Sapi Dan Hasil Olahannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Farhan. 2008. Bakso
Daging. Jurusan Teknologi Pangandan Gizi IPB. Bogor.
Fiqhi, F. 2009. Sosis. Jurusan Teknologi Pangandan Gizi IPB.
Bogor.
Firahmi Nordiansyah., dkk., 2015. Sifat Fisik Dan Organoleptik Bakso Yang Dibuat Dari
Daging Sapi Dengan Lama Pelayuan Berbeda. Fakultas Pertanian Universitas Islam
Kalimantan Mab Banjarmasin. Al Ulum Sains Dan
Teknologi Vol.1 No.1 Nopember 2015
Ismail,
2014. Bakso Sehat. Pustaka.Litbang.Pertanian.Go.Id. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Volume 31 No. 6 Thn 2009.
Rianto, Edy, dkk,. 2010. Karakteristik Fisik
Daging Sapi Peranakan Ongole Pada Berbagai Tingkatan Bobot Badan. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Jurnal Rrosidin.
Sulistiyani. 2015. Pembuatan Bakso. Universitas Muhammadiayah Surakarta.
Symsir, E. 2011. Mutu Daging. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widyalita, Eka, dkk., 2014. Analisis Kandungan
Monosadium Glutamat (MSG) Pada Pangan Jajanan Anak Di SD Komp. Lariangbangi
Makassar. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar.
Casinos - Dr.MCD
BalasHapusVisit the Casinos.com homepage to discover more about what are the best slots, table 동두천 출장안마 games, 전라북도 출장샵 and slots machines at 안전 토토 사이트 Best slots and roulette 밀양 출장안마 machines 평택 출장안마 at casinos.